abu ubaidah bin jarrah gugur pada waktu pembebasan kota

Dalamhal perang, Rasulullah sebagai seorang khalifah, tentunya mempunyai pengaruh besar. Semasa hidupnya, Rasulullah saw. mengikuti peperangan sampai 27 kali perang. Dalam tulisan ini, hanya ingin menjelaskan beberapa dari sekian banyak perang yang diikuti oleh Rasulullah saw. 1. Perang Badar (17 Ramadhan Tahun 2 Hijriyah) Perang Badar terjadi Namun Abu Ubaidah bin Al Harits gugur sebagai syahid dalam pertempuran tersebut. Rasulullah terus membakar semangat pasukannya dengan menyeru “Musuh sedang mengepung kalian, cerai-beraikan mereka dengan serangan panah, janganlah kalian mudah menyerah, dan bersiaplah kalian memasuki surga seluas langit dan bumi”. Salahsatu penaklukan damai terjadi tahun 638 (tahun 16 H) ketika pasukan Muslim mengepung kota itu dipimpin para komandan, antara lain Abu Ubaidah bin Jarrah (583-639), Amr bin Ash (585-664), Khalid bin Walid (592-642). Baca juga: Hikmah Ramadhan: Puasa 76] Ketika utusan dari Najran datang menghadap Rasulullah Saw. untuk meminta orang yang terpercaya, Rasulullah mengutus Abu Ubaidah ibn Jarrah. [77] Ya. Abu Ubaidah ibn Jarrah ra. memang salah satu di antara sepuluh sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga dan berhak memimpin umat Islam. Abu Ubaidah tinggal di daerah yang terjangkit wabah Sultanberpidato kepada mereka, ”Jika pembebasan Kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah saw telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Selanjutnya Nabi SAW mengirimkan pasukan kedua di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Sa'labah melarikan diri ketika Abu Ubaidah sampai di tempat itu. Parasahabat yang masuk Islam pada fathu Makkah, 1. Abu Sufyan 2. Mu'awiyah bin Abu Sufyan 3. Ikrimah bin Abu Jahal 12. Bayi-bayi dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah saw pada fathu Makkah Beberapa Sahabat yang Terkenal : * Abdurrahman bin Auf * Abdullah ibn Umar * Abu Bakar * Abu Dzar Al-Ghiffari * Abu Hurairah * Abu Ubaidah bin al AbuUbaidah bin Jarrah kemudian membunuh ayahnya sendiri dan lebih memilih menjadi seorang mu’min. Allah memuji Abu Ubaidah langsung dalam (Q S Al-Mujadalah ayat: 23) “ Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang Olehkarena itu, beliau membenarkan apa yang disampaikan oleh Abdullah bin Zaid tersebut. Sejak saat itu, adzan telah resmi sebagai penanda masuknya waktu shalat. Menurut pendapat yang lebih sahih, adzan pertama kali disayariatkan di Kota Madinah pada tahun pertama Hijriyah. Bilal bin Rabbah termasuk muadzin pertama dalam Islam. Suratbalasan Abu Ubaidah ini oleh Umar dibacakan di depan kaum muslimin seusai melaksanakan shalat berjamah. “Wahai penduduk Madinah, sesungguhnya Abu Ubaidah mengharapkan aku dan kalian semua suka berjihad,” kata Umar. Memang Abu Ubaidah dikenal orang di zamannya sebagai orang yang zuhud. Umar pernah berkunjung ke Syam ketika Abu Beliauketika pembebasan kota mekkah (fat-hu Makkah) pernah dalam sholat berjamaah shubuh mendengar Nabi saw membaca surat Al-Mukminin (lihat Muslim). Islam, berkat usaha beliau dengan kawan-kawannya di bawah pimpinan panglima-panglima yang terkenal semisal Abu 'Ubaidah (Amir bin Jarrah, Khalid bin Walid, dll). Dalam masa khalifah Ali bin . – Kisah pembebasan kota Makkah berlanjut ketika Nabi Muhammad membagi pasukan Muslimin menjadi empat resimen saat menuju kota Makkah. Resimen utama dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah dan Rasulullah ada di sana sebagai pemimpin tertinggi semua pasukan. Baca Juga Kisah Pembebasan Kota Makkah Part 1 Kisah Pembebasan Kota Makkah, Nabi Muhammad Memerintahkan Para Sahabat Menahan Diri Resimen Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan untuk memasuki Makkah melalui rute utama Madinah, dari barat laut dekat Azakhir. Sedangkan itu, Zubair bin Awwam diamanahi memimpin resimen kedua yang memasuki Makkah dari barat daya, melalui jalan lintas barat bukit Kudai. Resimen yang masuk dari selatan melalui Kudai berada di bawah kepemimpinan sahabat Ali bin Abi Thalib. Resimen terakhir di bawah Khalid bin Walid ditugaskan untuk masuk dari timur laut, melalui Khandama dan Lait. Dilansir dari channel telegram Generasi Shalahuddin, dijelaskan bahwa taktik ini memungkinkan semua resimen untuk maju secara bersamaan dari semua arah untuk menuju Makkah. Hal ini akan menyebabkan kebingungan pasukan musuh dan mencegah konsentrasi mereka di satu titik. Alasan penting lainnya mengapa taktik ini dipilih adalah apabila satu atau dua resimen pasukan menghadapi perlawanan keras dan tidak mampu menerobos gerbang Makkah, maka pembebasan dapat berlanjut dari sisi-sisi lain. Perintah Rasulullah selama pembebasan adalah menekankan kepada para sahabatnya untuk menahan diri dari kontak senjata, kecuali orang Musyrikin Quraisy menyerang. Kaum Muslimin memasuki Makkah pada 20 Ramadan 8 Hijriah dan pembebasan ini berlangsung damai. Namun, resimen yang dipimpin Khalid harus berhadapan dengan orang-orang Quraisy yang melakukan perlawanan keras seperti Ikrimah dan Shafwan serta Suhail bin Amr. Mereka mengumpulkan sekelompok orang-orang Quraisy dan menghadapi pasukan Khalid. Puluhan musyrikin Quraisy menyerang para sahabat dengan pedang dan busur. Namun, setelah pertempuran singkat, orang-orang Quraisy menyerah setelah kehilangan 12 orang, sementara di pihak Muslimin ada dua pejuang yang syahid. Baca Juga Relawan Bagikan Makanan Berbuka Setiap Harinya di Makkah Detik-detik Pembebasan Makkah Pada hari mulia tersebut, langit Makkah serasa teduh. Orang-orang merasa aman dan kemuliaan Islam masuk ke setiap rongga-rongga rumah setiap penduduknya. Berhala-berhala yang mengelilingi Ka’bah serasa menyesakkan. Semua orang akhirnya tahu bahwa berhala itu tak lagi punya tempat di sisi Ka’bah. Kemudian, bersama dengan sahabat-sahabatnya, Rasulullah mengunjungi Ka’bah. Berhala-berhala yang berjumlah 350 itu dihancurkan. Setelah itu, Nabi Muhammad membacakan ayat sembari meruntuhkan patung-patung itu, Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” Al-Isra 81 Melihat Rasulullah mengunjungi Ka’bah, orang-orang berkerumun di sekelilingnya. Menunggu apa keputusan yang akan dibuat oleh Sang Pembebas yang dahulu mereka zalimi itu. Pandangan Rasul penuh kewibawaan dan sama sekali tak menyiratkan keangkuhan. Beliau bersabda, “Wahai Quraisy, apa pendapat kalian tentang perlakuan yang harus aku berikan pada kalian?” Orang-orang menjawab, “Engkau adalah saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia.” Dan mereka berkata, “Kami mengharap maaf, wahai Nabi Allah. Kami tak pernah memikirkan kecuali yang baik tentangmu.” “Aku akan menyampaikan pada kalian dengan kata-kata yang sama dengan Yusuf katakan kepada saudara-saudaranya. Hari ini tidak ada teguran terhadapmu pergilah, karena kamu bebas.” Itulah kisah pembebasan kota Makkah yang bisa kita ambil pelajarannya. Bisa kita lihat bagaimana Rasulullah menyusun taktik pembebasan yang luar biasa, sehingga pembebasan berjalan dengan lancar. [Ind/Camus] MADINAH - Perawakannya tinggi tegap. Jika berperang ia jadi andalan. Namun yang paling menonjol adalah sikapnya yang terpercaya. Itulah sosok sahabat nabi, Abu Ubaidah bin menjadi sosok terpercaya karena dinyatakan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dikisahkan Muhammad ibn Ja'far dalam al-Basya, hal itu bermula ketika utusan Nasrani menemui Rasulullah. "Wahai Abu Qasim, utuslah seorang sahabat Anda agar menjadi penengah kami dalam berbagai masalah harta benda yang kami persengketakan. Sesungguhnya kaum Muslimin mendapatkan kepercayaan dari kami," kata utusan itu."Datanglah kembali nanti petang. Aku akan mengutus seorang yang paling jujur dan kuat jiwanya," jawab Rasulullah. Mendengar hal itu, Umar bin Khattab berharap dirinya yang bakal ditunjuk. Bukan karena haus jabatan, Umar ingin betul menyandang titel 'orang yang paling jujur dan kuat jiwanya'. Umar pun datang ke masjid lebih cepat dari pada yang lainya untuk shalat Zhuhur berjamaah yang dimami sholat, nabi melihat ke sekeliling. Umar pun menonjolkan badannya agar bisa dilihat nabi. Umar berharap betul bakal dipilih. Namun, pandangan nabi malah terhenti pada sosok Abu pun memanggil Abu Ubaidah. "Pergilah engkau bersama mereka ini utusan Nasrani, terangilah perselisihan mereka," kata saat itu, tulis Ayesha 201728, Abu Ubaidah dikenal sebagai kepercayaan umat. Hal itu dipertegas Rasulullah dengan sabdanya, "Setiap umat memiliki orang kepercayaan. Dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah."Terbukti di Medan PerangNama lengkap Abu Ubaidah adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraiys. Ia adalah bagian dari kelompok pertama yang masuk Islam. Ia bersyahadat sehari setelah Abu terpercaya Abu Ubaidah itu tampak dalam sejumlah misi militer yang dijalankan. Pada Perang Badar 623 Masehi, sebagai seorang prajurit, ia terpaksa menghadapi keluarga dan kerabatnya sendiri yang masih itu, sebagaimana ditulis Abdurrahman Raf’at al-Basya dalam Sosok Para Sahabat Nabi 2005, Abu Ubaidah terkenal berani sehingga para penunggang kuda musuh selalu menghindarinya. Hanya satu orang yang berani menghadapinya. Bahkan orang ini mengejarnya, tapi giliran Abu Ubaidah yang Abu Ubaidah terus menghindar, orang itu akhirnya malah jadi sosok terdepan dalam perang itu. Kondisi yang tak menguntungkan bagi pasukan nabi. Abu Ubaidah pun akhirnya terpaksa menghadapinya dan menebas kepalanya hingga putus. Orang yang tewas mengenaskan itu adalah Abdullah ibn-Jarrah, ayahnya operasi Khabath 629 M, Abu Ubaidah kembali menampakkan sikap terpercayanya. Kala itu nabi menunjuknya sebagai pemimpin dengan 300 orang tulis Khalid Muhammad Khalid 2014298, ia hanya diberikan bekal sebakul kurma. Padahal perjalanan yang akan ditempuh amat jauh dan tugasnya juga berat. Walhasil, selama sehari setiap prajurit hanya mendapat jatah segenggam kurma. Saat stok mulai menipis, setiap prajurit hanya kebagian sebuah kurma setiap perbekalan habis, mereka memetik daun tumbuhan Khabath untuk ditumbuk lalu dimakan. Operasi itu akhirnya sukses. Begitulah Abu Ubaidah bertahan demi menunaikan kepercayaan dalam sebuah perang di masa Khalifah Umar bin Khattab, Abu Ubaidah sempat menunda untuk memberitahukan pesan yang amat penting. Tapi penundaan itu didasarkan sebuah Ubaidah ketika itu menerima surat penunjukan sebagai panglima perang menggantikan Khalid bin Walid. Tapi, ia tak memberitahukan kabar itu langsung ke Khalid bin pergantian panglima saat perang masih berlangsung akan merusak fokus pasukan. Ia memberikan surat itu kepada Khalid bin Walid ketika peperangan sudah dimenangi tentara bin Walid pun mempertanyakan penundaan itu. "Aku tidak ingin menghentikan perangmu. Bukanlah kekuasaan dunia yang kita tuju, dan bukan pula untuk dunia kita berbuat. Kita semua adalah saudara yang memperjuangkan agama Allah," jawab Abu itu, Abu Ubaidah menjadi panglima tentara di Negeri Syam. Di sana pula lah ia meninggal karena terinfeksi wabah sampar alias pes yang tengah merajalela. Umar bin Khattab meneteskan air matanya ketika mendapat kabar duka itu."Semoga rahmat Allah terlimpah bagimu wahai saudaraku,” ujar Umar sebagai tanda perpisahan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِيْنًا، وَأَمِيْنُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بنُ الجَرَّاحِ “Sesungguhnya setiap umat itu ada orang yang kepercayaan. Orang yang paling terpercaya di tengah umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” [HR. al-Bukhari 4382 dan Muslim 2419] Ini adalah persaksian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang mulianya akhlak Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Tentu ini adalah sebaik-baik rekomendasi. Lalu, seperti apa profil lengkap Abu Ubaidah bin al-Jarrah? Nama dan Nasabnya Nama Abu Ubaidah adalah Amir bin Abdullah bin al-Jarrah al-Fihri al-Qurasyi radhiallahu anhu. Ia lebih dikenal dengan kun-yahnya, Abu Ubaidah dan langsung dinisbatkan di-bin-kan ke kakeknya. Sementara ibunya adalah Umaimah binti Ghanam. Abu Ubaidah lahir 40 tahun sebelum hijrah. Tepatnya tahun 584 M. Ia adalah laki-laki yang berperawakan kurus berwajah cekung. Janggutnya tipis. Posturnya tinggi bungkuk. Dan patah gigi serinya. Thabaqat Ibnu Saad. Meskipun berasal dari Quraisy, suku terhormat di Mekah, namun sedikit sekali riwayat yang mengisahkan tentang kehidupan Abu Ubaidah sebelum memeluk Islam. Sehingga kehidupannya kita kenal adalah kehidupan tatkala ia mulai memeluk Islam. Memeluk Islam Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiallahu anhu adalah salah seorang sahabat yang pertama memeluk Islam. Keislamannya hanya beda satu hari setelah islamnya Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu anhu. Dan dari dakwah Abu Bakar-lah ia memeluk Islam. Kemudian, bersama Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, dan al-Arqam bin Abil Arqam, ia menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka menyampaikan pada Nabi telah menerima kebenaran Islam. Dan mereka inilah pondasi kokoh dan pertama dakwah Islam tersebar di Kota Mekah. al-Mustadrak, 3/266. Kedudukan Yang Mulia Abu Ubaidah adalah salah seorang dari sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga. Ia dua kali berhijrah, turut serta dalam Perang Badar dan perang-perang setelahnya. Saat helm perang Rasulullah bengkok, menghujam hingga mematahkan gigi beliau, Abu Ubaidah-lah yang melepaskan helm yang sempit itu dari kepala Rasulullah. Dan saat barisan kaum muslimin porak-poranda di Perang Uhud, ia tetap teguh bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam kepungan musuh al-Mustadrak 3/266 dan al-Ishabah 2/243. Keutamaannya yang lain adalah ia dipuji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau, نِعمَ الرَّجلُ أبو بَكْرٍ، نِعمَ الرَّجلُ عمرُ، نِعمَ الرَّجلُ أبو عُبَيْدةَ بنُ الجرَّاحِ، نِعمَ الرَّجلُ أُسَيْدُ بنُ حُضَيْرٍ، نِعمَ الرَّجلُ ثابتُ بنُ قَيسِ بنِ شمَّاسٍ، نِعمَ الرَّجلُ معاذُ بنُ جبلٍ، نِعمَ الرَّجلُ معاذُ بنُ عمرِو بنِ الجموحِ “Laki-laki yang terbaik adalh Abu Bakar. Laki-laki yang terbaik adalah Umar. Laki-laki terbaik adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Laki-laki terbaik adalah Usaid bin Hudhair. Laki-laki terbaik adalah Tsabit bin Qais bin Syammas. Laki-laki terbaik adalah Muadz bin Jabal. Laki-laki terbaik adalah Muadz bin Amr bin al-Jamuh.” [HR. at-Tirmidzi 3795]. Abdullah bin Syaqiq berkata, “Aku bertanya pada Aisyah, Siapakah di antara sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang paling beliau cintai’? Aisyah menjawab, Abu Bakar’. Lalu siapa’? tanyaku. Ia menjawab, Umar’. Setelah itu’? tanyaku lagi. Abu Ubaidah bin al-Jarrah’, jawabnya. Aku bertanya lagi, Siapa lagi’? Ia hanya diam [Shahih at-Tirmidzi, 3657]. Mendapatkan Pendidikan Dari Sang Penerima Wahyu Pada tahun 8 H, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutus Amr bin al-Ash menuju Dzatus Salasil. Dzatus Salasil adalah perang menghadapi Romawi di Syam di perkampungan Bani Bali. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menyertakan Abdullah dan orang-orang Qudha’ah lainnya untuk menemani Amr. Urwah bin Az-Zubair mengatakan, “Bani Bali masih paman dari al-Ash bin Wail. Saat tiba di sana, ia merasa takut karena jumlah musuh begitu banyak. Amr pun mengirim utusan kepada Rasulullah untuk meminta bala bantuan. Rasulullah mengerahkan generasi awal Muhajirin. Berangkatlah Abu Bakar, Umar, dan sejumlah pasukan lainnya dari kalangan Muhajirin. Pasukan bantuan ini dipimpin oleh Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Musa bin Uqbah mengatakan, “Saat mereka tiba, Amr, Aku adalah pimpinan kalian. Karena aku meminta kepada Rasulullah pasukan bantuan’. Orang-orang Muhajirin berkata, Engkau adalah pimpinan untuk pasukanmu. Sementara Abu Ubaidah adalah pimpinan pasukan Muhajirin’. Amr kembali berkata, Kalian ini adalah bala bantuan yang aku pinta kepada Rasulullah’. Melihat kondisi seperti ini, Abu Ubaidah menunjukkan akhlak yang mulia dan kelembutan karakternya. Ia berkata, Ketauhilah hai Amr, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam janjikan kepadaku dengan ucapan beliau, Kalau kau temui Amr, kalian berdua ditaati. Dan jika engkau tidak taat padaku, sungguh aku benar-benar akan menaatimu’. Lalu Abu Ubaidah menyerahkan kepemimpinan kepada Amr bin al-Ash.” al-Baihaqi menyebutkan kisah ini sebelum penaklukkan Mekah. Di antara pengaruh besar didikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada Abu Ubaidah dalah dalam permasalahan al-wala’ loyal dan al-bara’ tidak loyal. Terdapat kisah dalam masalah ini. Mungkin kisah ini akan sulit diterima dan dibayangkan. Di Perang Badar, Abu Ubaidah bertemu dengan ayahnya di pihak musuh. Abdullah bin Syaudzb menceritakan, “Ayah Abu Ubaidah menantang sang anak di Perang Badar. Saat duel itu Abu Ubaidah berhasil membuat ayahnya terpojok. Saat sang ayah sudah banyak terluka, Abu Ubaidah pun menghabisinya. Turunlah firman Allah berkaitan dengan kejadian ini, لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap limpahan rahmat-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” [Quran Al-Mujadilah 22] Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, al-Hakim, dan al-Baihaqi. Tentu sulit dibayangkan bagaimana bisa anak membunuh ayahnya. Apalagi dengan kaca mata orang-orang toleran yang tak pernah menyentuh akidah al-wala’ dan al-bara’. Mereka akan bingung. Akan berprasangka. Mungkin mereka kecewa dengan agama ini dan orang-orang yang dijadikan teladan dalam agama. Tapi kita yang kenal al-wala’ dan al-bara’ tidak seperti itu cara pandangnya. Abu Ubaidah pun adalah seorang yang berakhlak mulia. Rasa tega dan kuat yang ia dapat saat berhadapan dengan sang ayah adalah spirit dari Allah. Ia tidak menimbang dengan pandangan dunia yang fana. Sehingga ia berhasil keluar dari sekat dan ikatan duniawi. Lalu menguatkan diri dengan ikatan akidah. Peranan Penting Abu Ubaidah radhiallahu anhu adalah seorang pemimpin yang amanah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Hudzaifah radhiallahu anhu. عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ أَهْلُ نَجْرَانَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا ابْعَثْ لَنَا رَجُلًا أَمِينًا فَقَالَ لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهُ النَّاسُ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ “Orang-orang Najran pernah datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Ya Rasulullah, utuslah kepada kami seseorang yang jujur dan dipercaya’. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku akan mengutus kepada kalian seseorang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah.” Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah seorang yang sangat mencintai Nabi dan senantiasa membela beliau. Dalam Thabaqat Ibnu Saad, Aisyah radhiallahu anha mengisahkan, “Aku mendengar Abu Bakar berkata, Saat Perang Uhud, wajah Rasulullah terluka. Helm perang beliau bengkok menghimpit pipi beliau. Aku bersegera menuju beliau. Lalu ada seseorang dari arah timur bergerak cepat Pada saat Perang Uhud, sebuah batu dilemparkan ke wajah Nabi, aku merasa lemparan itu begitu keras sehingga dua rantai helm beliau sendiri terputus. Aku bersegera berlari menuju Rasulullah dan kulihat seorang pria bergegas lari ke arahnya. Orang itu bergerak ke arah Rasulullah seolah-olah sedang terbang. Karena itu, aku berdoa untuknya, Ya Allah, jadikan orang ini sebagai sarana penyebab kebahagiaan’ Artinya, apa yang dia lakukan harus menjadi penyebab kebahagiaan bagi Nabi dan juga bagi kita. Ketika kami mencapai Rasulullah, ternyata kulihat Abu Ubaidah bin al-Jarrah itulah yang mendahuluiku. Dia berkata padaku, أَسْأَلُكَ بِاللَّهِ يَا أَبَا بَكْرٍ إِلاَّ تَرَكْتَنِي فَأَنْزِعَهُ مِنْ وَجْنَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم Wahai Abu Bakar, kumohon padamu, demi Allah, biarlah aku yang mengeluarkan rantai ini dari wajah Rasulullah.’ Hadhrat Abu Bakar mengatakan, “Kuizinkan dia untuk melakukannya.” Kemudian Abu Ubaidah meraih salah satu dari dua rantai tersebut dengan giginya dan mencabutnya begitu keras sehingga beliau terjatuh di tanah dengan punggungnya. Beliau melakukannya sangat kuat sehingga salah satu gigi depannya patah. Kemudian ia gigit rantai satu lagi dengan giginya dan mencabutnya dengan sangat keras, gigi depannya yang lain juga patah.” Abu Ubaidah adalah seorang yang berakhlak mulia. Ia seorang yang sangat tenang, zuhud, dan rendah hati. Umar pernah berkata dengan orang-orang yang duduk bersamanya, “Buatlah harapan”! Orang-orang pun menyampaikan harapan-harapan mereka. Lalu Umar berkata, “Adapun aku, aku berharap sebuah rumah yang dipenuhi orang-orang semisal Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” Bersama Abu Bakar Abu Bakar pernah berkata kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah, “Kemarilah, biar aku membaiatmu sebagai khalifah. Sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إن لكل أمة أمينًا، وأنت أمين هذه الأمة Setiap umat itu memiliki orang yang terpercaya amanah. Dan engkau adalah orang terpercayanya umat ini.” Lalu Abu Ubaidah menanggapi, “Aku tidak akan mengunggulkan diriku dengan orang yang ditunjuk oleh Rasulullah sebagai imam kami.” Abu Bakar berkata pada orang-orang yang hadir di Tsaqifah Bani Sa’idah, “Aku ridha untuk mengurusi urusan kalian salah satu dari dua orang ini.” Maksudnya Umar bin al-Khattab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Bersama Umar bin al-Khattab Umar bin al-Khattab berkata, “Aku tidak akan mengubah suatu perkara yang telah diputuskan oleh Abu Ubaidah.” Tarikh ath-Thabari, 3/434. Keputusan pertama yang dibuat oleh Umar bin al-Khattab tatkala menjabat khalifah adalah menunjuk Abu Ubaidah sebagai panglima perang menggantikan Khalid bin al-Walid. Umar berkata, “Kuwasiatkan padamu untuk bertakwa kepada Allah Yang Maha Abadi sementara selain-Nya fana. Dialah yang memberi petunjuk kepada kita. Mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya. Aku telah menunjukmu menjadi panglima perang menggantikan Khalid bin al-Walid. Atur mereka sesuai dengan wewenangmu. Jangan kau biarkan kaum muslimin terjerumus dalam kebinasaan dengan semata-mata hanya berharap rampasan perang. Jangan kau posisikan mereka di satu posisi sebelum kau periksa kondisi mereka. Dan mengetahui tempat yang akan mereka datangi. Jangan kau kirim pasukan kecuali dengan jumlah yang besar. Jangan sampai kau hadapkan kaum muslimin pada kebinasaan. Kalau kau lakukan itu, kau telah menimpakan musibah untukmu demikian juga untukku. Tundukkan pandangamu dari dunia. Dan palingkan hatimu darinya. Waspadalah! Jangan sampai engkau binasa seperti binasanya umat-umat sebelummu. Padahal engkau telah tahu kekalahan mereka.” Tarikh ath-Thabari, 3/434. Bersama Khalid bin al-Walid Saat Umar mencopot Khalid radhiallahu anhu dari jabatan panglima pasukan, ia menunjuk Abu Ubaidah sebagai suksesornya. Lalu Khalid berkata kepada pasukan, “Kalian dikirimi seseorang yang terpercayanya umat ini.” Abu Ubaidah radhiallahu anhu menanggapi, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, خَالِدٌ سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَنِعْمَ فَتَى الْعَشِيرَةِ “Khalid adalah pedang di antara pedang-pedang Allah Azza wa Jalla dan sebaik-baik pemuda di suatu kaum.” [HR. Ahmad 16220]. Nasehat Saat terjadi perpedaan pendapat antara Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang memimpin setelah Rasulullah, Abu Ubaidah mengucapkan satu kalimat yang menyatukan. Ia berkata, “Wahai orang-orang Anshar, kalian adalah yang pertama menolong dan membantu. Karena itu, jangan sampai kalian menjadi yang pertama berubah.” Dalam satu peperangan, ia berpidato membakar semangat pasukannya dengan mengatakan, “Ibadallah, tolonglah agama Allah, pasti Allah akan tolong kalian. Allah akan meneguhkan kaki kalian. Ibadallah, bersabarlah. Karena kesabaran adalah jalan selamat dari kekufuran. Ridha dari Allah. Keselamatan dari ketergelinciran. Jangan tinggalkan barisan. Jangan berikan musuh peluang. Jangan mulai duluan berperang. Siapkan dulu pasukan pemanah. Kita berlindung dulu di balik tameng. Jangan banyak bicara kecuali dzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Hingga Allah sempurnakan urusan kita ini insyaallah..” Wafat Penyebab wafatnya Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah wabah thaun yang melanda negeri Syam. Tepatnya di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab radhiallahu anhu. Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan, siapa yang wafat karena penyakit ini, ia seorang syahid. Kemudian ia juga wafat fi sabilillah. Ia menggabungkan dua keutamaan. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا تَعُدُّونَ الشُّهَدَاءَ فِيكُمْ؟» قالوا يَا رَسولَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ في سَبيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ. قَالَ إنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَليلٌ»! قالوا فَمَنْ هُمْ يَا رسول الله؟ قَالَ مَنْ قُتِلَ في سَبيلِ الله فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في سَبيلِ الله فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في البَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالغَرِيقُ شَهِيدٌ». رواه مسلم. “Menurut kalian, orang yang kalian anggap mati syahid itu seperti apa”? Para sahabat menjawab, “Mereka yang terbunuh dalam jihad di jalan Allah. Itulah syahid.” Nabi menanggapi, “Kalau begitu pasti sedikit yang syahid di tengah umatku.” Para sahabat bertanya, “Jadi siapa mereka, wahai Rasulullah”? Rasulullah menjawab, “Siapa yang terbunuh saat jihad di jalan Allah adalah syahid. Siapa yang wafat dalam ketaatan kepada Allah, dia syahid. Siapa yang wafat karena thaun, dia syahid. Siapa yang wafat karena penyakit yang ada di perutnya, dia syahid.” Ibnu Miqsam berkata pada anak Abu Ubaidah, “Aku bersaksi bahwa ayahmu termasuk di dalam hadits ini.” [HR. Muslim 1915]. Sejarawan sepakat bahwa Abu Ubaidah wafat karena wabah thaun amwas di Syam pada tahun 18 H [Al-Isti’ab ala Hasyiyah al-Ishabah, 3/3]. Saat Abu Ubaidah dimakamkan, Muadz bin Jabal berkhotbah di tengah masyarakat yang hadir. Ia menyebutkan banyak keutamaan Abu Ubaidah dalam khotbahnya. Abu Said al-Maqbari berkata, “Saat Abu Ubaidah terfinfeksi wabah thaun, ia berkata, Muadz, imamilah orang shalat’. Muadz pun mengimami masyarakat. Lalu Abu Ubaidah bin al-Jarrah wafat. Muadz berdiri dan menyampaikan khotbah, Masyarakat sekalin bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosa yang kalian kerjakan. Karena tidaklah seorang hamba Allah menghadap-Nya dalam kondisi ia sudah bertaubat kecuali Allah mewajibkan diri-Nya sendiri untuk mengampun orang tersebut.” Muadz melanjutkan, “Kalian dikejutkan dengan wafatnya seseorang. Yang aku tak pernah melihat seorang yang paling sedikit kesalahannya, paling baik hatinya, paling jauh dari kejahatan, paling cinta dengan akhirat, dan paling menginginkan kebaikan untuk masyarakat melebihi dirinya. Doakan dia rahmat. Dan mari kita ke tanah lapang untuk menyalatkannya. Demi Allah, kalian tidak akan mendapatkan orang semisalnya lagi.” Orang-orang pun berkumpul dan jenazah Abu Ubaidah dikeluarkan ke tanah lapang. Muadz maju ke depan mengimami shalat jenazahnya. Muadz bin Jabal, Amr bin al-Ash, adh-Dhahak bin Qays adalah orang-orang yang masuk ke liang kuburnya dan meletakkan jenazah Abu Ubaidah di lahad. Saat tanah sudah menibun jasad Abu Ubaidah, Muadz berkata, “Abu Ubaidah, sungguh aku akan memujimu dan yang kukatakan ini bukanlah dusta yang aku khawatir Allah akan menghukumku. Demi Allah, sungguh engkau adalah orang yang banyak berdzikir mengingat Allah. Orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. Orang yang tunduk dan patuh kepada Allah. seorang yang rendah hati. Yang menyayangi anak-anak yatim, orang-orang miskin. Dan tidak suka dengan orang-orang yang berkhianat dan sombong. al-Mustadrak, 3/295. Pujian Muadz bin Jabal kepada Abu Ubaidah ini menunjukkan keutamaan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Menunjukkan tingginya kedudukannya. Semoga Allah Ta’ala meridhainya. Diterjemahkan dari Oleh Nurfitri Hadi IG nurfitri_hadi Artikel KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28